Juruketik.com – Setara Institute memberikan penghargaan Kepemimpinan Toleransi Terbaik tingkat kota kepada Wali Kota Bogor, Bima Arya yang diserahkan dalam Launching dan Penghargaan Indeks Kota Toleran tahun 2023 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (30/1/2024) sore.
Penghargaan tersebut merupakan satu dari tiga penghargaan khusus yang diberikan oleh Setara Institute dalam Indeks Kota Toleran dari hasil studi yang dilakukan dari 94 wilayah kota di Indonesia melalui riset selama satu tahun pada tahun 2023.
Studi dan riset dilakukan untuk mendapatkan peringkat tertinggi yang layak mendapatkan penghargaan dengan Indeks Kota Toleran Terbaik di tahun ini.
Bima Arya menyampaikan bahwa Setara Institute merupakan lembaga yang spesial bagi masyarakat di Kota Bogor, karena pernah memberikan predikat Kota Bogor sebagai kota Intoleran di tahun 2015.
“Saat itu tidak ada yang tidak gundah dan galau dengan predikat itu, karena kami merasa DNA kota kami itu DNA yang cinta atas kebersamaan dalam keberagaman. Tapi teman-teman Setara tentu ada data, ada argumentasi, kami sadar bahwa banyak yang harus kami benahi ketika itu,” kata Bima Arya saat memberikan sambutan.
Berkaca dari predikat tersebut, segala persoalan terus dicicil untuk diselesaikan hingga tuntas.
Bima Arya menyadari bahwa menjadi wali kota tidak hanya mengolah kata, menata kota, tapi juga membangun manusia dan menjadikan kota untuk semua dan itu yang sangat tidak mudah, namun dengan kebersamaan bisa dicapai.
“Kami terima kasih atas kolaborasi dan sinergi degan semua, karena banyak dukungan untuk menjadikan Kota Bogor menjadi kota yang lebih baik dan penghargaan ini kami persembahkan bagi warga Kota Bogor dan warga Indonesia yang percaya bahwa perbedaan adalah keniscayaan, keberagaman adalah keharusan tapi kebersamaan harus terus diperjuangkan,” jelasnya.
Semua capaian ini, lanjut Bima Arya adalah atas kolaborasi dan sinergi dengan semua dan merupakan ikhtiar yang tidak pernah berhenti selama 10 tahun untuk memastikan nilai-nilai kemanusiaan dan keberpihakan kepada minoritas juga menjadi utama di Kota Bogor.
Bima Arya juga menitipkan agar ke depan siapapun pejabatnya, siapapun walikotanya, Indeks Toleransi di Kota Bogor harus terus menguat tidak boleh mundur dan jangan pernah mundur.
“Tahun ini Indeks Toleransi Kota Bogor naik dari ke-17 ke-12 dan untuk ukuran kota besar naik dari peringkat ke-5 ke peringkat ke-3,” ujarnya.
Ketua Badan Pengurus Setara Institute, Ismail Hasani mengatakan Indeks Kota Toleran ini adalah satu kerja studi pengukuran terhadap kinerja kota-kota di Indonesia.
“Kinerja wali kota paling menentukan, selain itu juga ada kinerja masyarakat, tokoh agama, tokoh sosial, elemen masyarakat sipil dan seterusnya. Jadi di dalam Indeks Kota Toleransi ini ada empat variabel yang hari ini kita perkenalkan tiga penopang kepemimpinan ekosistem toleransi,” katanya.
Dalam narasi yang ditampilkan saat pemberian penghargaan disebutkan Kota Bogor pernah duduk di peringkat papan bawah Indeks Kota Toleran dalam dua studi indeks ini.
Dia menilai di bawah kepemimpinan Bima Arya kota Bogor terus bertransformasi menjadi kota toleran. Kasus yang menahun diurai dan dipecahkan, peristiwa intoleransi ditekan, semua masyarakat sipil dirangkul, kebijakan penganggaran juga dialokasikan, sehingga Kota Bogor telah mengokohkan ekosistem toleransi melalui tata kelola yang inklusif dan fokus memperkuat politik kepemimpinan bertoleransi kepemimpinan birokrasi dan sosial.
Ismail mengatakan Program Setara Intitute ini adalah bagaiamana membagun eksositem toleransi memperluas inklusi dan menopang Indonesia 2045.
“Jadi ekosistem toleransi ini diantaranya ditopang oleh tiga hal. Pertama, kepemimpinan politik toleransi. Kedua, kepemimpinan sosial. Ketiga adalah kepemimpinan birokrasi,” sebutnya.(Red/*)