Juruketik.com – Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University, Prof Munti Yuhana menciptakan inovasi mikrokapsul sinbiotik, yang mampu menggantikan antibiotik untuk mengendalikan penyakit infeksi pada budi daya akuakultur.
Inovasi ini sendiri sekaligus menjawab dilema pelaku usaha industri akuakultur Indonesia dalam menangani penyakit infeksi yang mengancam kelangsungan hidup ikan dan udang budi daya.
Di sisi lain, penggunaan antibiotik sebagai solusi konvensional justru menimbulkan masalah baru: resistensi antimikroba, residu berbahaya, dan pencemaran lingkungan.
“Probiotik membantu menjaga keseimbangan mikrobiota usus, meningkatkan respons imun dan mendukung pertumbuhan. Sementara prebiotik menjadi sumber nutrien selektif bagi mikroba bermanfaat,” kata Prof Munti.
Inovasi Prof Munti berupa aplikasi mikrokapsul sinbiotik dalam pakan kombinasi probiotik dan prebiotik memberikan efek sinergis luar biasa.
Kombinasi keduanya terbukti memberikan peningkatan imun, penekanan patogen, gangguan sistem komunikasi quorum sensing bakteri patogen, pengurangan kerusakan jaringan, serta peningkatan kelangsungan hidup organisme budi daya.
“Sinbiotik efektif melawan infeksi tunggal maupun multipatogen, sehingga penting untuk akuakultur sehat dan berkelanjutan,” jelasnya.
Meski demikian, produksi probiotik skala besar menghadapi kendala seperti risiko kontaminasi, kestabilan viabilitas, dan masa simpan terbatas.
Solusinya terletak pada teknologi mikroenkapsulasi, termasuk metode spray drying, yang mampu mempertahankan viabilitas probiotik tetap stabil hingga beberapa bulan.
Prof Munti menerangkan, aplikasi mikrokapsul sinbiotik (MS) dalam pakan terbukti mampu meningkatkan jumlah probiotik di saluran pencernaan ikan dan udang. Analisis molekuler next generation sequencing (NGS) menunjukkan MS meningkatkan ekspresi gen imun dan memodulasi mikrobiota usus.
“Hasilnya menunjukkan kenaikan keberagaman dan kelimpahan filum seperti proteobacteria, bacteroidota, dan actinobacteria, serta peningkatan genus bermanfaat seperti Bacillus sp. dan Weissella sp,” paparnya.
Aplikasi MS, ia melanjutkan, juga terbukti meningkatkan produktivitas dan ketahanan terhadap koinfeksi Vibrio spp. dan Infectious Myonecrosis Virus (IMNV). Perlakuan MS memberikan pertumbuhan dan sintasan terbaik serta menekan populasi patogen. Sementara itu, sintasan udang kontrol sangat rendah.
“Hasil ini menegaskan MS sebagai strategi preventif yang efektif dan stabil, bahkan dalam kondisi lingkungan buruk,” tambahnya.
Prof Munti optimis bahwa inovasi sel terenkapsulasi berbasis nanoteknologi memiliki potensi sebagai strategi pakan yang lebih efektif. Integrasi pendekatan ‘omics’ dan teknologi nano akan memperkuat pengembangan akuakultur regeneratif yang berbasis bukti ilmiah, adaptif, dan berkelanjutan. (Adm)