Juruketik.com – Rachman Effendi secara resmi menahkodai Perhimpunan Periset Indonesia (PPI) Kota Bogor dengan masa bhakti periode 2022-2025.
Peresmian sendiri dilakuan melalui kegiatan pengukuhan pengurus PPI Kota Bogor di gedung Pusat Standardisasi Instrumen Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (SIPHB) pada Rabu (31/8).
Dalam sambutannya, Rachman Effendi menuturkan, penyusunan kepengurusan yang baru ini didasarkan pada hasil musyawarah anggota PPI selama satu bulan sejak dilaksanakannya Musda untuk pemilihan Ketua pada 1 Juli 2022.
Di mana, kepengurusan saat ini diwakili dari berbagai lembaga dan bidang keilmuan, baik dari periset eks kementerian/lembaga, Pemkot Bogor, perguruan tinggi, lembaga swasta, lembaga swadaya masyarakat/NGO, lembaga lainnya seperti Dekopinda Kota Bogor, PKPRI, d’Karamba dan lain sebagainya.
Selain itu, dalam pengukuhan ini, pihaknya juga turut mengundang Wali Kota Bogor Bima Arya selaku Ketua Dewan Pembina PPI Kota Bogor, seperti halnya pada saat terbentuknya Himpenindo Kota Bogor yang namanya saat ini berganti menjadi PPI.
Dengan tujuan, dapat memberikan arahan sehingga program PPI Kota Bogor dapat disinergikan dengan terwujudnya program Kota Bogor menuju Bogor terus Berlari, Bogor Science City dan Bogor Smart City.
“Pengukuhan ini tentu saja tidak bisa terlepas dari kerja keras panitia dan partisipasi dari berbagai pihak, kami atas nama Pengurus PPI Kota Bogor mengucapkan terimakasih, terutama kepada sekretaris BSI KLHK yang telah menyediakan tempat dan fasilitas ini,” kata Rachman Effendi.
“Semoga semua itu merupakan bukti kecintaan kita kepada PPI Kota Bogor, sehingga dengan kecintaan dan keterkaitan hati kita yang tidak terpisahkan dengan lembaga ini, kelak kita akan berkiprah terhadap masyarakat, negara dan bangsa,” sambungnya.
Tak sampai situ, Rachman Effendi juga tak lupa mengucapkan terimakasih kepada seluruh rekan-rekan PPI Kota Bogor yang telah memberikan kepercayaan kepada dirinya untuk melanjutkan tongkat kepemimpinan PPI Kota Bogor periode 2022-2025.
Semoga, kepengurusan baru PPI Kota Bogor dibawah kepemimpinannya ini dapat bekerja sama dengan baik, saling membangun dan mendukung semua program kerja dari berbagai divisi yang ada.
“Semoga himpunan ini dapat mendatangkan berkah dan manfaat bagi kita semua, terutama dalam bidang pengembangan risetnya, berkontribusi pada instansi, masyarakat dan Pemkot Bogor,” ucap dia.
“Selain itu, selama kita aktif dalam PPI ini, kita juga tidak boleh melupakan tugas utama sebagai seorang periset, pengambil keputusan ataupun pegiat penelitian dan pengembangan. Semoga kita senantiasa dapat mengikuti dan mencapai standar kompetensi yang ditetapkan oleh lembaganya masing-masing, khususnya BRIN dengan baik dan mengukir prestasi di bidang penelitian, pengembangan, pengkajian dan inovasi tanpa terbebani dengan tugas organisasi,” ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Bogor, Bima Arya menyampaikan tiga arahannya kepada para pengurus PPI Kota Bogor yang baru saja dikukuhkan.
Pertama, penting bagi PPI Kota Bogor untuk mengambil ruang agar perubahan kota atau birokrasi pemerintahan bisa lebih diwarnai. Kedua, penting juga untuk melakukan peningkatan kapasitas keilmuan dan keahlian dari para periset untuk bisa beradaptasi dengan perubahan.
“Dan yang terakhir adalah perluasan jejaring yang dimiliki sehingga bisa saling menguatkan untuk mengambil peran poin pertama dan poin kedua,” kata Bima Arya secara virtual di ruang kerjanya, Balai Kota Bogor, Rabu (31/8).
Menurut Bima Arya tantangan yang dihadapi saat ini banyak sekali, terutama isu-isu yang membahas tentang kesehatan dan pendidikan. Dimana hal tersebut mempengaruhi bonus demografi dalam rangka menyambut Generasi Emas Indonesia Tahun 2045
“Jika kita bisa mempersiapkan bonus demografi, menyelesaikan persoalan-persoalan terkait kesehatan dan pendidikan yang saat ini sedang mengemuka, dengan persiapan dan banyak kajian yang didukung oleh bimtek, maka tentu kita mampu untuk menyongsong Generasi Emas Indonesia 2045. Semoga kita bisa berkolaborasi dan bersinergi,” paparnya.
Selain tiga poin penting tersebut, Bima Arya berharap perubahan kota atau wilayah maupun reformasi birokrasi juga bisa dihasilkan dari gagasan atau kajian yang dihasilkan oleh para periset.
Dirinya mengaku sering mengistilahkan bahwa kota itu harus didorong oleh gagasan dan pengetahuan bukan oleh kepentingan. Pasalnya, jika kota didorong oleh kepentingan maka dampaknya hanya untuk sekelompok orang saja dan dalam jangka waktu yang pendek.
Sementara jika ilmu pengetahuan dan pemahaman mendorong perubahan, maka dampaknya akan dirasakan lebih luas lagi.
“Tantangan terbesar dari birokrasi pemerintahan adalah bagaimana rencana pembangunan dihasilkan bukan hanya dari kepentingan-kepentingan proses yang sifatnya bottom up maupun top down, tetapi juga melalui pergumulan gagasan dan kajian. Jika gagasan-gagasan para pemikir dan para peneliti ini diberikan ruang atau wadah maka sangat mewarnai perubahan kota. Melalui peningkatan kapasitas keilmuan dan keahlian yang dimiliki para periset akan selalu relevan dan kontekstual,” jelasnya.
Di sisi lain, perkembangan yang terjadi sangat cepat, teknologi digital berlari dan terkadang tidak bisa dikejar perangkat daerah terkait, tetapi periset selalu meng-update hal tersebut, memperbaiki wawasan melalui jaringan yang dimiliki.
“Besar harapan saya seluruh anggota PPI bisa mengokohkan dan menguatkan jaringan para peneliti, sehingga saling meng-update serta memperbaharui pengetahuan yang dimiliki, karena riset dan penelitian tidak bisa dilakukan sendiri. Akan lebih powerfull dan efektif jika dilakukan dengan memaksimalkan jaringan yang dibangun,” tandasnya.