Juruketik.com – Usaha tak pernah mengkhianati hasil. Perumpamaan itu nampaknya tepat menggambarkan perjuangan seorang Suparno (48).
Pria asal Citayam, Kabupaten Bogor itu berhasil meraih kesuksesan dari hobi yang ditekuninya sebagai petani tanaman pohon bonsai.
Dari hobi yang ditekuninya selama puluhan tahun ini, Suparno sukses menyekolahkan anak-anaknya hingga bangku Universitas. Salah satunya bahkan sampai lulus dari Universitas Indonesia.
Namun, kesuksesan Suparno dalam menekuni hobinya ini bukan lah perkara mudah. Bapak tiga anak ini harus mencari ilmu dengan belajar dan berdiskusi dengan sesama penghobi, komunitas dan organisasi tanaman pohon bonsai.
Sejak usia 12 tahun Suparno sudah belajar bagaimana cara menanam pohon bonsai. Pria yang juga berprofesi sebagai seorang seniman seni rupa ini tertarik dengan bonsai lantaran karakter bonsai yang unik.
Dengan memanfaatkan lahan sekitar 200 meter di rumahnya, Suparno mulai membuat bahan bonsai, dari bonsai setengah jadi hingga pohon sudah menjadi bonsai.
Suparno sendiri mengakui proses tersebut tidak bisa dilakukan seperti membalikan telapak tangan. Karena untuk membuat bonsai menjadi bahan atau setengah jadi bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Dalam merawat bonsai, Suparno mengaku dituntut memiliki kesabaran, rasa syukur hingga keihklasan.
“Kita jangan pernah melihat harga bonsai punya orang mahal, bonsai punya orang begini begitu. Kita rawat aja yang kita punya, kita syukuri, kita jaga dengan baik. Itu kuncinya,” ujarnya.
Suparno menyebut bonsai itu memiliki bentuk yang unik. Bahkan, karakter bonsai sangat berbeda dengan pohon pada umumnya.
Untuk itu, Suparno menyarankan agar para petani tanaman bonsai tidak perlu khawatir akan tanamannya tidak laku terjual.
“Kalau kita amati itu pohon bonsai itu jangan takut enggak laku. Karena walaupun enggak laku harga tidak akan turun. Karena makin lama naik. Karena tingkat kesempurnannya makin sempurna,” ujarnya.
Dari sisi penjualan, kata Suparno, yang terpenting dikedepankan adalah atitude atau etika sebagai penjual. Karena, sebagai penjual tidak boleh memandang rendah pembeli, walaupun mereka hanya sekadar menanyakan jenis, harga hingga tidak jadi membeli.
“Iya harus ramah. Jangan ada tamu datang nanya-nanya terus kita usir. Tapi layani dengan baik kasih penjelasan dan lain-lain. Pasar enggak usah dicari tapi akan datang sendiri,” tandasnya. (Ngo)