Juruketik.com – Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah mengunjungi Sila Tea House Indonesia Artisan Tea, di Jalan Danau Poso, Duta Pakuan, Kelurahan Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jumat (12/5/2023).
Kota Bogor yang dikenal sebagai kota kuliner juga memiliki potensi untuk menjadi kota teh.
Potensi tersebut disampaikan oleh Founder & Business Director Sila Tea House, Redha Taufik Ardias saat mendampingi Founder & President Director Sila Tea, Iriana Ekasari ketika memberikan paparan sejarah teh di Indonesia dan visi serta misi kehadiran Sila Tea House di Kota Bogor yang sudah ada dan berkembang sejak tahun 2018.
Redha Taufik Ardias yang juga seorang Petani Milenial Pemprov Jawa Barat angkatan tahun 2022 menjelaskan bahwa dari nilai sejarah, Kota Bogor memiliki kaitan erat dengan perjalanan teh di Indonesia.
“Karena Bogor memiliki nilai sejarah tentang teh. Yang sangat kental yaitu bahwa pertama kali teh ditanam untuk keperluan agribisnis itu di Kebun Raya Bogor risetnya dan riset perkebunan nusantara pertama kali penelitian teh juga di Kota Bogor,” katanya.
Dikutip dari laman Kebun Raya, Tanaman penghasil teh (Camellia sinensis) pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh (diduga teh sinensis) dari Jepang.
Pada tahun 1694 tanaman teh sinensis juga terlihat di halaman rumah gubernur jenderal VOC, Camphuys di Batavia.
Pada tahun 1826 tanaman teh melengkapi koleksi Kebun Raya, diikuti pada tahun 1827 di Kebun Percobaan.
Dari sejarah itu kemudian Silat Tea House berdiri pada tahun 2018 di Kota Bogor yang membawa visi untuk membawa citra teh Indonesia di dalam negeri maupun luar negeri.
“Misinya untuk mensejahterakan insan tani, pemetik, petani teh dan konsumen dan juga untuk menjaga kelestarian alam nusantara,” katanya.
Sehingga dengan strategi inovasi dan Edupreneur diharapkan bisa bermunculan pengusaha muda yang juga ikut membuka bisnis teh.
“Strateginya agar teh ini bisa naik kelas dengan banyak melakukan edukasi dan komunikasi kepada masyarakat secara umum. Makanya kita hadirkan rumah teh Indonesia galeri inovasi dan edukasi,” katanya.
Saat ini Sila Tea House memiliki 50 racikan teh dari 20 kebun teh yang ada di Indonesia.
“Jadi berdasarkan hasil inovasi, berdasarkan riset dan kurasi dari kebun teh se-Indonesia kita pilih yang terbaik kita hadirkan di sini, kita edukasi konsumen dan pelaku usaha di Bogor,” katanya.
Sila Tea House ini kata Redha bukanlah Teashop melainkan galeri showroom showcase yang menghadirkan dan menjual berbagai jenis teh di Indonesia sehingga tamu atau konsumen yang datang akan diedukasi bagaimana membuat teh, jenis-jenis teh dan perjalanan teh, bahkan hingga cara membuka usaha teh.
“Karena tujuan utama kita mengedukasi, jadi mereka bisa nge-teh di sini dengan membeli produk teh di sini kemudian nanti kita ajarkan cara meraciknya, kita jelaskan asal produknya, perjalanan tehnya dan sebagainya. Jadi mereka bisa dapat ilmu juga,” ujarnya.
Perjalanan Tea House yang dirintis dengan modal mandiri berawal dari sebuah UMKM yang kini berkembang menjadi rumah teh membawa Redha mendapat kesempatan dari pemerintah pusat untuk mempresentasikan teh Indonesia ke Las Vegas.
Nantinya di bulan Juni ia juga akan terbang ke Thailand mewakili petani teh dari petani milenial melalui Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Melihat perjalanan teh di Bogor, Sekda Kota Bogor, Syarifah Sofiah didampingi Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor, Iceu Pujiati dan Camat Bogor Tengah, Dicky Iman Nugraha menangkap potensi tersebut sebagai peluang untuk terus memperkuat Bogor sebagai kota kuliner yang juga selalu menjadi kota tujuan wisata.
“Ini kan saya waktu itu saya ada acara di sini, ketika dapat penjelasan ini sangat luar biasa. Kemudian saya datang lagi. Ya ini satu potensi yang belum digali. Padahal sebetulnya ada sejarah di Bogor tentang teh. Jadi diceritakan teh pertama kali di riset dan ditanam itu di Kebun Raya Bogor,” katanya.
Sekda mengakui bahwa keberadaan nilai sejarah mengenai keilmuan itu belum memasyarakat, sehingga banyak yang belum tahu.
Sehingga masyarakat menganggap bahwa teh itu minuman pada umumnya, padahal teh sendiri memiliki nilai historis yang erat dengan Bogor.
“Ini akan kita coba terus bantu promosikan dan edukasi masyarakat. Karena ini bagus, kita bisa melihat perjalanan teh, cara meraciknya dan peluang usahanya yang juga bisa mendatangkan kunjungan ke Kota Bogor. Jadi anak-anak muda bisa dilatih menjadi baristea-nya. Jadi mudah-mudahan sedikit demi sedikit kita munculkan ini ke masyarakat,” katanya.(Red/*)