Juruketik.com – Pemerintah Kota atau Pemkot Bogor bersama Forkopimda Kota Bogor menggelar apel siaga tanggap darurat bencana hidrometeorologi di halaman Mako Polresta Bogor Kota pada Rabu, 5 November 2025.
Apel yang dipimpin langsung Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim itu turut diikuti seluruh unsur Forkopimda baik TNI-Polri, BNPB, Basarnas, PMI, BMKG, serta berbagai stakeholder terkait kebencanaan di Kota Bogor.
Dedie A Rachim menyampaikan, bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari instruksi Kapolri dan Polda Jabar untuk memastikan kesiapsiagaan seluruh elemen menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, pohon tumbang, dan banjir lintasan yang meningkat akibat perubahan iklim global.
”BMKG telah memperingatkan bahwa puncak curah hujan di Indonesia akan terjadi pada Desember 2025 hingga Januari 2026. Di Bogor sendiri, kita sudah beberapa kali mencatat curah hujan di atas 130 milimeter. Ini menandakan adanya hujan ekstrem yang terkait pemanasan global,” ujar Dedie Rachim.
Menurut data Pemerintah Kota Bogor, tercatat lebih dari 1.000 kejadian bencana setiap tahunnya, mulai dari tanah longsor, banjir lintasan, hingga pohon tumbang.
Karena itu, Dedie menekankan pentingnya sinergi dan kolaborasi antarinstansi serta partisipasi aktif masyarakat.
”Bencana ini tidak bisa ditangani satu pihak saja. Harus ada semangat gotong royong. Yang terdampak dibantu, sementara yang tidak terdampak harus tahu bagaimana cara mencegah dan mengantisipasi,” katanya.
Dedie juga mengimbau warga agar tidak berteduh di bawah pohon besar saat hujan lebat, mengingat banyak pohon yang tumbang akibat hujan ekstrem.
”Sekokoh-kokohnya pohon, kalau curah hujan sudah ekstrem, tentu akan ada dampak. Jadi masyarakat harus waspada,” tegasnya.
Pemkot Bogor memetakan ada dua wilayah yang dinilai paling rawan bencana, yakni Kecamatan Bogor Selatan dan Bogor Barat.
Kedua wilayah tersebut diminta meningkatkan mitigasi, memberikan informasi kebencanaan, dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan.
”Sebagian besar banjir lintasan terjadi karena saluran air tersumbat sampah. Jadi mulai sekarang masyarakat harus lebih peduli lingkungan, jangan mengotori sungai atau drainase,” imbau Dedie.
Ia juga menegaskan pentingnya kesadaran kolektif masyarakat di sepanjang aliran sungai Cisadane dan Ciliwung, agar tidak membuang sampah ke sungai.
Terkait potensi pohon tumbang, Dedie mengungkapkan bahwa ada sekitar 2.100 pohon besar yang sudah didata oleh Pemkot Bogor. Dari jumlah itu, sekitar 250 pohon masuk kategori rawan, dan 50 pohon di antaranya memerlukan perhatian khusus.
Salah satunya adalah pohon tua di depan Balai Kota Bogor yang telah dilakukan penebangan karena posisinya miring lebih dari 20 derajat.
”Kalau tidak ditebang, bisa berisiko roboh dan membahayakan pengguna jalan di sekitar Jalan Ir. H. Juanda, bahkan bisa berdampak ke area Istana Bogor,” jelasnya.
Dedie menambahkan, masyarakat diimbau untuk melaporkan pohon-pohon yang berpotensi tumbang agar dapat segera ditindaklanjuti oleh Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperumkim).
”Jumlah pohon di Kota Bogor ini ribuan, jadi perlu kerja sama dan kesabaran dalam penanganannya,” pungkas Dedie Rachim. (3RY)
Pemkot Percepat Pembangunan Gerai dan Pergudangan Koperasi Merah Putih di Kota Bogor
Juruketik.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perdagangan, dan Perindustrian (KUKMDagin) menggelar Rapat Koordinasi (Rakor)...











